Humas IAIN Parepare--- Salah satu program kerja Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris IPS yakni kajian rutin atau teras IPS. Kegiatan ini dilaksanakan setiap satu kali sebulan.
Kali ini, kajian rutin mengangkat tema materi mengenai Filosofi Tri Sakti Pancasila. Tri Sakti Pancasila merupakan buah pemikiran dari nahkoda pertama Republik Indonesia yakni Ir. Soekarno. Dalam kajian tersebut Hamsa selaku narasumber menjelaskan Tri Sakti Pancasila tertuang 3 butir kalimat sakti yang dilontarkan oleh presiden Ir. Soekarno yakni, berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri, (berdikari) dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
Lebih lanjut, ia mengatakan trisakti merupakan revolusi pancasila, revolusi politik, supaya bangsa Indonesia dapat berdaulat dalam politik dengan mewujudkan agen perubahan politik dalam bentuk integrasi kekuatan nasional melalui demokrasi permusyawaratan yang berorientasi pada persatuan negara kekeluargaan, dan keadilan negara untuk kesejahteraan bangsa.
“Revolusi material ekonomi bahwa bangsa Indonesia dapat berdikari, mandiri dalam ekonomi dengan mewujudkan perekonomian merdeka, berkeadilan, dan kemakmuran bangsa. Berlandaskan usaha tolong menolong, gotong royong dalam penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak, kekayaan alam yang terkandung didalamnya seraya menjadi peluang bagi hak milik pribadi dan fungsi sosial bagi bangsa,” ucapnya.
Tragedi Trisakti dilatar belakangi oleh beberapa faktor, seperti krisis politik, krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan krisis hukum. peserta membar bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia.
“Dalam hal ini, bahwa Tri Saktik Pancasila hadir sebagai refleksi dari beberapa faktor yang telah melanda bangsa indonesia. Tri Sakti Pancasila mengandung kalimat yang sangat bermakna bagi bangsa Indonesia, namun disisi lain bahwa sekarang Tri sakti pancasila sudah terlupakan sebagian dari orang-orang. Maka dari itu, Filosofis tri sakti pancasila merujuk tentang marhaenisme yang berasas berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan,” ucapnya.
Muhammad Farhan Ketua HMPS Tadris IPS mengatakan kegiatan kajian rutin ini sangat bermanfaat.
“Kami notabenenya sebagai mahasiswa sosial yang semestinya harus mempunyai pemahaman yang cenderung bersosial, seperti kajian pendidikan, sejarah, dan kebudayaan. Selain dari itu kajian teras IPS adalah program kerja prioritas Hmps kami,” ucapnya.
“Kajian rutin ini adalah bahan bagi kami untuk menambah ilmu dan tentunya juga melatih public speaking. Seperti halnya sejarah tri sakti pancasila, semestinya harus dipahami dan dipelajari dari sejarahnya. Dalam hal ini, bukan cuma mahasiswa IPS, melainkan semua elemen-elemen yang ada di kampus harus mengetahuinya,” tambahnya.