Memasuki hari kedua pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Nusantara Moderasi Beragama (KKNN-MB), mahasiswa kembali melakukan observasi sembari silaturahmi dengan masyarakat Kelurahan Ratte Buttu, Kecamatan Bonggakaradeng. Sabtu, (15/07/2023).
Selama perjalanan, keindahan dan keunikan Rumah Adat Tongkonan khas daerah Tana Toraja, seolah menghipnotis mahasiswa KKNN-MB yang tidak ingin kehilangan momentum ini.
Terlebih lagi, di Ratte Buttu yang memiliki rumah tersebut tidak sebrapa, karena hal itu hanya diperuntukkan bagi orang yang memiliki keturunan darah bangsawan saja.
Kordinator Desa (Kordes) Posko 19 Muhammad Masyhur Massa terdorong untuk memohon izin kepada si pemilik ikon khas Tana Toraja tersebut untuk mengabdikan momen.
Adapun pemilik rumah tersebut adalah Ruth Marimbon, seorang nenek berusia 93 tahun.
Nenek Ruth, yang hidup sebatang kara, dulunya adalah seorang guru. Namun saat ini dia mengalami gangguan pendengaran karena faktor usia.
Walaupun tuna rungu, kemapuan penglihatannya masih sangat baik, memungkinkan mahasiswa KKNN-MB berkomunikasi dengan tulisan.
Kehangatan dan kepedulian masyarakat Toraja tercermin pada sikap nenek Ruth. Ia merasa gembira saat mengetahui bahwa mahasiswa tersebut berasal dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Nenek Ruth pun sangat berterimakasih atas kunjungan mahasiswa KKNN-MB dan berpesan kepada mereka agar menjadi pemuda yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.
"Terima kasih anak-anak, jadilah kalian pejuang-pejuang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara ini" ucap Nek Ruth kepada mahasiswa dengan suara lirih.
Mendengar itu, seketika tangis mahasiswa KKNN-MB pecah. Masyhur, salah satu mahasiswa IAIN Kendari merasa pesan tersebut begitu mendalam dan berarti.
"Pesan itu bukanlah sekadar kalimat motivasi belaka, kalimat itu keluar dari seorang pejuang pendidikan yang telah mengabdikan dirinya untuk membangun peradaban manusia yang maknanya penuh dengan nilai-nilai yang sangat Filosofis," ujarnya.
Selanjutnya, suasana hati itu semakin menjadi, ketika ia mengingat akan sosok neneknya yang juga banyak mengajarkan arti kehidupan. "Ketika kami berkomunikasi saya merasa sedang berbicara dengan sosok almarhum nenek saya yang banyak mengajarkan saya etika hidup sebagai makhluk tuhan. Momen ini semakin membenarkan persepsi saya bahwa Ratte Buttu adalah lembah cinta," tutup Masyhur.(Tim KKN,fzs/mif)