OPINI: Perpustakaan yang Memerdekakan di Hari Kemerdekaan (Sebuah Spirit HUT ke-77)
OPINI: Perpustakaan yang Memerdekakan di Hari Kemerdekaan (Sebuah Spirit HUT ke-77)
Oleh: Sirajuddin, S. Pd. I., S. IPI., M. Pd. (Kepala Perpustakaan IAIN Parepare)
OPINI— Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan dan mensyukuri Peringatan Kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan meriah, mulai dari melaksanakan upacara bendera hingga berbagai macam perlombaan, seperti panjat pinang, makan kerupuk, tarik tambang, menghias sepeda, dan sebagainya.
Menjelang Hari Kemerdekaan, Presiden Indonesia selalu memberi Pidato Kenegaraan di Gedung MPR untuk menyambut Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia. (Sumber: wikipedia.org)
Makna Perayaan Kemerdekaan
Di hari kemerdekaan narasi kemerdekaan itu berkumandang di seluruh pelosok negeri dengan perayaan kemerdekaan.
Berkelindan di kepala, saya memilih menuliskan dan merangkainya dalam opini, meresponsnya dengan semangat pustakawan menyambut datangnya hari perayaan yang ditunggu oleh masyarakat Indonesia, yaitu Hari Kemerdekaan yang bertepatan dengan 17 Agustus 2022 sebagai pengejewantahan hari 17 Agustus 1945.
Lalu, apakah yang disebut merdeka dan bagaimama mengisi kemerdekaan di zaman ini? Merdeka di zaman ini adalah berjuang dengan dedikasi tinggi apapun profesi yang dijalani, yang penting berkontribusi terhadap kemajuan bangsa Ini.
Terdapat pada laman resmi Kementerian Sekretariat Negara (Setneg) bagaimana Presiden Jokowi mengimajinasikan pencapaian-pencapaian pasca escape dari pandemi yang panjang dalam sebuah pidato kenegaraan yang berjumlah 14 halaman.
Salah satu petikan pidato presiden disampaikan dengan runtut. “Kekuatan kita adalah bonus demografi. Jumlah penduduk yang sangat besar, dan didominasi oleh anak-anak muda usia produktif, serta daya beli masyarakat yang terus meningkat, akan menjadi motor penggerak perekonomian nasional dalam menghadapi kompetisi global,” tuturnya.
Berdasarkan prediksi yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada kurun 2030-2040. Artinya bahwa pada kurun waktu tersebut kondisi masyarakat Indonesia akan didominasi oleh usia produktif (usia 15-64 tahun) dibandingkan usia non produktif. BPS memperkirakan jika setidaknya sekitar 64 persen usia produktif dari total penduduk yang diproyeksikan yakni 297 juta jiwa. (https://www.umko.ac.id/2022/03/18).
Masyarakat harus siap dan menyambut kondisi ini dengan memaknai perayaan kemerdekaan sebagai pelecut untuk lebih kreatif, proaktif dan inovatif dalam mengisi kemerdekaan dan menyambut bonus demografi.
Literasi untuk Kemerdekaan
Lalu bagaimana ketika membahasakan kemerdekaan itu pada urusan-urusan literasi yang terus menggeliat di balik peranan perpustakaan sebagai pendukung akses informasi, sebagai agen budaya (Agen of Culture), agen pengetahuan (Agen of Knowledge), agen moderasi keberagamaan (Agen of Religiosity moderation) dan sebagai jantung institusi pendidikan tinggi yang terus memajukan gerakan literasi yang bukan sekadar membaca dan menulis. Tapi, mengambil peranan sebagai jantung instusi yang berarti ikut mensukseskan tridarma perguruan tinggi.
Perpustakaan dengan orientasi layanan berbasis pengguna (User Oriented), kemerdekaan itu diimplementasikan dalam layanan yang berorientasi memerdekakan dan memudahan mengakses informasi bagi pengguna perpustakaan.
Makna kemerdekaan yang di kumandangkan Presiden pertama RI dalam narasi asli pidato Ir Soekarno saat Hari Pahlawan 10 November 1961 adalah “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Perjuangan untuk merdeka bukan hanya melawan penjajah tapi melawan keinginan malas belajar dari generasi yang sedang berjuang, dan belajar yang identik dengan membaca tentu menjadi kegiatan pokok di perpustakaan.
Sumber Wikipedia.org memberikan definisi “Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Perpustakaan dengan fasilitas dan sumber daya manusia sudah berorientasi pada User Oriented (berorientasi pengguna) dengan melalukan tahapan-tahapan pengembangan layanan melakukan survei kebutuhan, survei kepuasan, bimbingan pemustaka dan promosi perpustakaan.
Generasi yang merdeka adalah generasi yang tumbuh kembang dan berjuang dengan spirit literasi, spirit literasi bagi lembaga pendidikan tinggi yang menitikberatkan pada tugas-tugas perpustakaan, yang berarti dukungan terhadap kemajuan perpustakaan adalah membangun generasi.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-77 Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat